WELCOME TO

Artikel
Home » » Sial, Wong Ndeso Ditilang

Sial, Wong Ndeso Ditilang

Written By Unknown on Wednesday, January 2, 2013 | 2:31:00 AM

Cerita ini sangat mengesankan buat gue. Mari simak ceritanya.

Setelah lebaran selesai dirayakan yaitu pada tahun 2011, gue berangkat ke Jakarta dan gilanya gue pertama kali ke Jakarta mengendarai motor. 

Sebelum berangkat persiapan-p ersiapan sudah di jalankan seperti duit, SIM, STNK, jaket, dll. Pas tepat di hari H-nya, perasaan gugup, takut, penasaran bercampur dalam pikiran dan perasaanku, namun hal tersebut tak membuatku menyerah. 

Tepat pada pukul 09.30 pagi, perjalanan di mulai dengan ditemani saudara dan temanku.
Lima orang, tiga motor. Sialnya gue sendiri maklum yang mau ke Jakarta cuma lima orang, jadi terpaksa ada yang sendiri. Ternyata gue korbannya, tapi tak jadi masalah. Setelah berhenti berkendaran kira--kira 15 menit



dari rumah gue, gue lihat kekurangan-kekurangan pada motor yang gue bawa saat itu. Kaca sepion motor, lampu depan, lampu sen tak ada masalah. Tapi yang gue heran pentil buat penutup ban hilang satu. Kata teman sih bisa memicu konflik, bisa-bisa ditilang sama yang berkuasa di jalan raya, siapa ya? siapa kalo bukan aparat kepolisian. Oh iya, tapi bener gak sih pentil bisa menyebebkan ditilang polisi ?

Start dari Pekalongan dan melewati beberapa kota seperti Pemalang, Tegal, Brebes, Cirebon, Indramayu, Pemanukan ,Cikampek, Karawang, Bekasi, Jakarta. Itulah kota- kota yang gue inget, maklum sudah lebih dari setengah tahun lamanya, jadi agak lupa. 

Perjalanan pun sangat melelahkan, kadang gue menunggu teman gue yang di belakang, tapi saudara di depan. Maklum, teman gue ada gangguan dengan motornya. Katanya sih gak bisa ngebut, maksimal ngebut hanya 60 km/jam. Tapi gak buat gue, 100 km/jam pun gue hajar. Hal-hal seperti, gue di tunggu teman dan saudara,  ditengahnya, didepannya adalah hal yang biasa saat di perjalanan.

Dari Pekalongan sampai Cikampek tak masalah, Toh ada saudara gue yang tau jalan walaupun kadang- kadang terpisah. Tapi saat di Karawang musibah datang. Saudara gue jalannya lurus, tapi gue dan temen gue belok kanan. Masalahnya teman gue terlalu lambat mengendarai motornya, namun saudara gue sebaliknya. 

Gue sih lebih mementingkan temen gue, kadang-kadang nungguin dia, soalnya dia gak tau jalan begitu juga gue. Akhirnya saat jalan bercabang ternyata gue dan teman terpisah dengan saudara. Padahal hanya saudara gue yang tahu jalan. Kejadian itu terjadi pada sore hari.

Perasaan takut menghantui gue dan temen, soalnya sama-sama gak tau jalan. Tapi hal tersebut gak di buat beban, kan bisa tanya sama orang yang ada di pinggir jalan. Tapi anehnya dari Pekalongan sampai Karawang tidak terlalu macet, namun macet parah pun terjadi yaitu berawal dari kota Bekasi kemudian Jakarta. Salah jalan dan bertanya kepada orang pun sudah menjadi hal biasa buat gue dan temen.

Hal yang lucu pun terjadi yaitu saat temen gue masuk ke jalan tol sedangkan dia mengendarai motor. Tapi untungnya sebelum sampai di gerbang tol, gue panggil dia teriak-teriak sambil menekan klakson motor gue, untungnya dia dengar, akhirnya dia mundur di sisi jalan sebelah kiri. Maklum tulisan jalan tolnya disamping jalan dan kecil tulisannya. Gue pun tertawa geli melihat kelucuan temen.

Saat di Terminal Pulo Gadung, gue berpisah dengan teman. Maklum kan tempat di Jakartanya kan berbeda. Tapi teman gue enak dia berdua sedangkan gue sendirian. Tak lama kemudian musibah menghampiri gue yaitu saat gue berada di jalur cepat, kemudian Polisi menghentikan laju kendaraan gue atau lebih tepatnya di tilang. 

SIM, STNK udah gue serahin. Tapi tetap saja gue di tilang 250 ribu, karena salah jalur, katanya sih motor harus di jalur lambat, tapi gue kan gak tau, Toh pertama kali gue ke Jakarta. Gue pun keberatan masa polisi minta 250 ribu, akhirnya tawar menawarpun terjadi, seperti jualan saja. Setelah tawar menawar terjadi akhirnya gue mengeluarkan duit 80 ribu, dengan cepat dia ambil.

Perasaan marah menghantui gue, dan gue berkata didalam hati " kenapa sih polisi mata duitan, tak sesuai dengan slogannya Melindungi dan melayani masyarakyat, tapi ini malah melindungi kalau ada duit ". 

Tapi musibah gak disitu saja, setelah kejadian itu, musibah pun menghampiri lagi yaitu saat lampu merah dan dengan PDnya gue langsung belok kiri.  Dan ternyata polisi menghentikan laju motor gue lagi, gue disuruh turun dari motor kemudian disuruh duduk disamping jalan, dan disitu pun tersedia tempat duduk.

Beberapa menit berlalu kemudian Polisi  meminta menyerahkan STNK, SIM, dan KTP, kemudian meminta sejumlah uang, tapi gue menolaknya. Gue berkata dengan polisi " Pak, kasihan saya pak, tadi saya sudah ditilang, masa harus ditilang lagi. Saya hanya rakyat biasa pak, dan saya tidak tau jalan di Jakarta karena saya dari kampung pak ". 

Setelah beberapa lama gue mohon- mohon sama polisi. Akhirnya gue dilepaskan sambil dia menunjuk jalan yang harus gue lewati. Terus gue bilang " Terima kasih pak". Langsung gue jalan lagi. Gue berkata dalam hati " ada juga yah polisi yang baik".

Walaupun polisi sudah menunjuk jalan, tapi tetap saja gue nyasar disamping itu hari pun sudah malam. Saat berada di lampu merah, gue bertanya sama orang yang mengendarai motor dan bertanya alamat tujuan gue. 

Keberuntungan pun menghampiri gue, ternyata orang yang gue tanya tadi sama tujuan dengan gue. Yah sudah gue hanya mengikuti dia dari belakang. Saat dia berbelok arah, dengan PD-nya gue lurus soalnya gue tau jalan itu. Sekitar jam 10.00 malam, Akhirnya sampai juga tujuan gue, yaitu dikontrakan nyokap dan bokap, langsung saja gue ucapkan ALHAMDULILLAH sampai juga.



Terimakasih Telah Membaca Artikel Ini
Semoga Bermanfaat


Share this article :

Creatif By : Unknown

Terimah Kasih telah membaca artikel Sial, Wong Ndeso Ditilang Yang ditulis oleh Unknown Pada hari Wednesday, January 2, 2013. Jika anda ingin sebarluaskan artikel ini, mohon sertakan sumber link asli. Kritik dan saran dapat anda sampaikan melalui kotak komentar. Trimakasih

HOME

Comments
0 Comments

0 komentar:

Post a Comment

 
Support : HR Pengetahuan
Copyright © 2013. Pengetahuan - All Rights Reserved
Blog by Heri Purdiawan
Powered by Blogger